Sebenarnya berapa harga kami dimata kalian?
Seribu, duaribu, tigaribu atau malah tidak ada harganya sama sekali?
Semua yang ada,
Semua yang kita lakukan bersama
Apakah artinya itu.
Apakah itu hanya topeng penutup muka yang kau pakai
Kemana semua kenangan itu?
Begitu mudah melupakan
Tapi begitu susah untuk mengukir dan menorehkannya kembali
Jerih payah terbuang sia-sia.
Tawa dan canda
Semua itu tergantikan dengan sunyi yang mencekam
Bagaikan sang kegelapan datang
Hendak menjemput kita semua datang ke dalam kegelapan
Panas dada ini
Seperti ada kompor yang menyala dengan kencangnya
Menghanguskan taman impian di dalam hati
Hancur menjadi abu
Ingin kukembalikan semua
Seperti semula
Hanya semula
Dan untuk semuanya
Kegelapan malam mencekam datang padaku
Mengetuk jendela kamarku saat ku tertidur
Lalu mencekikku untuk kesekian kalinya
Dalam rasa dendam terpancar jelas melewati kedua mata
Berat,
Nafasku perlahan terhenti
Aku mencoba untuk berteriak
Menangis,
Aku bahkan meraung tiada henti,
Namun tak satupun panas di dadaku ini mereda
Malah api serasa menyulut masuk hendak menghancurkan tubuhku juga
Kurasakan sesuatu
Amarah dan Dendam
Kenapa?
Kenapa setiap kepala yang melewatikupun
Tak satupun yang memandangku
Aku tersenyum,
Senyum sedih mengiris hati
Hatiku tersayat
Melihat tak satu orangpun melihatku
Haruskah aku maju
Maju untuk mengajukan congorku
Membuktikan bahwa kami sama
Apa artinya sebuah kehormatan
Apa artinya di hormati
Yang penting adalah apa yang kita lakukan
Untuk diri sendiri dan sesame
Dimana letak sang hati mungil
Ketika ego lebih menang daripada hati nurani
Ketika dendam menguasai diri
Ketika hasrat jiwa tidak terpuaskan
Luka,
Mampukah luka yang kau torehkan ini sembuh
Tidak!!
Tidak akan sembuh..
Mungkin luka fisik dapat sembuh
Namun luka sang hati mungil tak mungkin sembuh dengan mudah
Sehebat itukah kemampuan ego
Untuk membuat perpecahan di antara dua dunia yang berbeda.
Dimana hatiku galau dan gundah
Sedangkan hatimu panas dipenuhi dendam
Semudah itukah kau mengucapkan kata “SHUT UP”
Semudah itu jugakah kau melupakan sebuah kenangan
Semudah itukah kau bilang “BENCI”
Semudah itu jugakah kau tak melihatku
Berdiri dan menanti dengan uluran tangan
Memeluk dan merangkulmu kembali.
No comments:
Post a Comment